Senin, 13 Februari 2012

DI ANTARA PILIHAN DAN KEWAJIBAN

Hawa dingin masuk ke dalam selimut, membuatku terbangun dari tidur. Sungguh menyebalkan harus terbangun di tengah mimpi indahku. Beranjak ku tinggalkan tempat tidur dan menuju dapur karena ku harus bersiap – siap berangkat ke sekolah.

“Baru bangun toh cah ayu. Jam berapa ini ? Nggak terlambat ke sekolah tah.” kata kakakku, Angga.
Sungguh menyebalkan, kakakku satu – satunya ini suka sekali menggodaku, padahal dia sendiri telah bekerja di sebuah perusahaan produk makanan ternama di Tulung Agung, dan itu pertanda bahwa ia sudah dewasa tapi mengapa sifat kekanak – kanakannya tak kunjung hilang. Kebetulan bulan ini dia diizinkan pulang oleh bosnya karena kecekatannya dalam bekerja, kalau kakakku pulang itu pertanda bahwa sebuah bencana besar akan menyerangku dan Hanis, adik laki – lakiku.

“ Apa’an sih mas? Minggir aku mau mandi.” jawabku.
“ Ya,,,ya,,,silakan lewat tuan putri.” jawabnya.
“ Pagi – pagi sudah diganggu.” gerutuku.
******
 Namaku Tita, aku adalah seorang gadis remaja yang hidup sederhana bersama kedua orang tuaku dan 2 orang saudara laki - laki. Ayahku adalah seorang buruh pabrik di kota Gresik, i` selalu pulang seminggu sekali, sedangkan ibuku hanya seorang ibu rumah  tangga tapi ia biasanya melakukan kerja sambilan sebagai pembuat kue. Aku sekarang duduk di kelas IX G di SMP Negeri 1 Turen, salah satu SMP yang terkenal di Kabupaten Malang, beberapa hari lagi aku akan menghadapi Ujian Nasional. Tapi ada sesuatu hal yang tak disangka terjadi dalam hidupku.
******

Bel sekolah telah berbunyi, aku memasuki kelas dengan tenang. Kelasku berada di sebelah perpustakaan, walaupun tidak terlalu besar, kelasku masih memberi kesan yang nyaman bagi siapapun yang memasukinya walaupun untuk menerapkan tugas piket di kelasku sangatlah sulit, berapapun denda yang ditentukan tidak berpengaruh. Mungkin karena kelasku dari tahun pertama sampai tahun ketiga ini memang pantas untuk  diberi nama kelas yang tidak kompak oleh para guru yang mengajar karena kesombongan anak – anak di kelasku.
 Menurutku omongan para guru mengenai kelasku memang benar. Menurutku, kelas IX G itu dari tahun pertama telah terbagi secara tidak langsung menjadi 3 golongan, yaitu : golongan anak orang kaya, golongan anak biasa dan golongan yang netral. Mereka mengelompokkan diri dalam segala hal, misal tugas kelompok maka akan membentuk kelompok yang sama setiap anggotanya yang seakan – akan permanen tidak ada penggantinya. Sampai – sampai para guru heran mengapa setiap tugas kelompok selalu anggotanya sama. Tapi aku tak peduli dengan teman – temanku karena bagiku mereka adalah aktris yang paling terbaik di antara aktris yang ada. Mengapa?
Kalian takkan menyangkanya. Jika aku menceritakannya.
**********

Pelajaran pertama hari ini adalah fisika, pelajaran yang paling aku sukai. Sejak Bu Lilik memperkenalkanku dengan sangat dekat pad` fisika, membuatku jatuh hati pada pelajaran yang satu ini. Aku selalu mendapat nilai yang terbaik pada pelajaran ini, dan ku harap dapat melakukan segalanya dengan baik layaknya mengerjakan soal – soal fisika.

“ Tanty, tanty,,aku tidak mengerti cara yang ini, tolong ajarin aku?” tanya April.
Dasar muka dua, batinku. Sambil menghela nafas aku menjawabnya,
“ Oh ini, ya tinggal memasukkan angka – angka yang tertera dengan mencocokkannya pada simbol yang ada, “m” untuk massa, “c” untuk kalor jenis dan “t” untuk perbedaan suhu. Gampang lo, may.”
“Aku masih gak ngerti tan, yo wis aku tak takon Hanum ae.” jawab April.

Dengan hentakan pelan April marah padaku, dia pergi meninggalkanku.

Seandainya Mila tak bilang padaku bahwa sebegitu bencinya kamu ke aku gara – gara kelakuan yang sampai saat ini tidak ku mengerti, mungkin aku akan dapat bersikap seperti biasa padamu. Tapi aku terlanjur tahu April bahwa kamu tak suka dengan aku dan kamu seakan berpura –pura tak terjadi apa – apa di depanku, hanya untuk bertanya pelajaran yang sulit saja, Ma’afkan aku, April. batinku.
Aku memang sangat bersyukur pada Allah SWT karena telah diberikan otak yang sangat jernih untuk memikir dan tidak sepatutnya ku berbuat seperti itu pada April. Tapi apa yang terjadi pada April terjadi pada anak – anak yang tergolong kaya di kelasku, mereka hanya baik di depanku tapi tidak di belakangku. Dan kasihannya aku ketika harus menyaksikan acting mereka selama 3 tahun dengan memendam hati yang telah berurat. Sungguh terkadang ku marah pada Allah SWT mengapa ku termasuk ke dalam kelas G selama 3 tahun berturut – turut. Tapi sama saja, ku hanya dapat bersabar untuk saat ini karena hanya tinggal menghitung hari Ujian Nasional akan dimulai. Dan aku tak boleh memikirkan hal lain selain itu.
Bel istirahat berbunyi, semua anak keluar kelas dan langsung pergi menuju kantin, tapi yang ku lakukan adalah tak ada. Memang selama kelas IX ini, ku sudah jarang pergi ke kantin. Aku bukan memanfaatkan waktu untuk belajar tapi merasa ku sudah tak ada teman lagi yang menemaniku ke kantin atau yang lain jadi lebih baik aku di kelas saja walau tidak melakukan apa – apa.
Tapi terkadang sahabatku yang datang ke kelas untuk mengajakku keluar. Menurutku hanya dia yang akan berkesan baik di hatiku. Nama dia, Yasmin. Dia duduk di kelas IX C memang kelas kami agak berjauhan tapi dia rela datang ke kelasku agar aku tak merenungi sikap teman – temanku di kelas. Dia tahu segala problemaku.
Dan hari ini dia datang,

“Tita, ayo keluar yuk!” ajaknya.
“Kita mau ke mana?” tanyaku.
“Ke tempat suram.” Jawabnya.

Dia mengajakku ke perpustakaan sekolah, katanya dia ingin menceritakan sesuatu padaku,
“Apa yang mau kamu ceritakan padaku?”
“Aku akan meneruskan sekolah  ke  Sidoarjo, Tita. Ku ingin bersekolah di sana dan selama di Sidoarjo, ku akan tinggal bersama budeku.” Jawabnya.
“Apa? Itu tidak bisa. Kamu bilang kamu akan meneruskan sekolah di sini, di Malang. Bagaimana kamu bisa berbuat begini padaku? Aku akan sendirian.”
“Aku akan senang bila kamu terus menghubungiku, walaupun aku jauh darimu. Kamu kan sahabatku pasti mengerti.”  Pintanya.
“ Aku mengerti. Mungkin ada alasan mengapa kamu memilih jalan itu.”
Kring…kring…kring…bel masuk pun berbunyi dengan berat hati aku berjalan menuju kelas.
Yasmin telah menentukan jalannya untuk meneruskan sekolah ke Sidoarjo, bagaimana dengan aku. Batinku.
 Pelajaran berlangsung sebagaimana mestinya, hingga bel pulang berbunyi. Aku langsung mencari angkutan umum untuk segera pulang.

“ Sial, aku kan les Bahasa Inggris, sayang sekali tak bisa langsung pulang.” Gerutuku.

Aku pun mengubah arah jalanku menuju tempat kursusku. Aku mengambil kursus di rumah Bu Ike. Bu Ike adalah guru kursus sekaligus guru di kelasku. Sudah 2 tahun aku di sana dan sekarang hari terakhir les di Bu Ike. Tempat kursusku tidak terlau besar tapi nyaman untuk dijadikan tempat belajar. Aku paling senang dengan kebun di belakang rumah Bu Ike, penuh dengan buah – buahan dan tak jarang kami diizinkan untuk mengambil beberapa buah untuk dimakan. Aku sering mengambil buahnya untuk dibawa pulang.
Kursus pun dimulai sekitar pukul 13.30, dan berakhir pukul 14.45.
Tapi kali ini berbeda, aku tidak diperbolehkan pulang oleh Bu Ike.

“Tanty, sebentar ibu mau tanya?”
“Ada apa, bu?” tanyaku.
“Apa kamu benar akan melanjutkan sekolah di SMAN 1 Gondanglegi, mengapa kamu tidak melanjutkan di Malang, kamu pantas melanjutkan di Malang dengan kemampuanmu yang bagus?”
“Mmmm…ya bu saya juga mengerti. Saya juga ingin seperti itu tapi saya memilih sekolah itu karena ayah saya,bu. Beliau berpikir bila saya mengambil sekolah SMA yang murah, akan memungkinkan bagi saya melanjutkan lagi ke jenjang perguruan tinggi, karena ayah mempunyai waktu untuk menabung, membuat cadangan untuk saya bu.”
 “Mengapa di Gondanglegi, mengapa tidak di turen saja? Di SMA sedayu sini juga bagus mutunya. Kamu tidak akan rugi bila bersekolah di sana. Sekolahnya sama dengan SMAN 1 Gondanglegi tapi akan lebih baik bila kamu mengambil yang di Turen saja.”
“Saya akan memikirkannya, bu.”

Ternyata banyak yang harus kupikirkan tidak hanya Ujian Nasional tapi keputusankua untuk melanjutkan sekolah. Tapi ada waktu untuk itu.
**************
Sudah 2 minggu setelah Ujian Nasional, tapi  aku tetap diwajibkan untuk masuk sekolah. Terkadang menyebalkan juga tidak melakukan apa – apa di sekolah, hanya ke sana kemari saja. Tapi kali ini berbeda, ada sebuah promosi SMA di sekolahku. Hari ini kelasku kedatangan guru dari SMAN 1 Turen, beliau bernama Pak Munadji. Beliau mempromosikan kelas unggulan terbaru yang sedang dibuat oleh SMAN 1 Turen yakni kelas akselerasi. Beliau menjelaskan keunggulan yang ada di program tersebut dan ucapannya seperti seorang motivator handal. Kami di suruh berpikir logis mengenai berbagai hal yang terjadi di dunia pendidikan saat ini. Aku merasa tergugah akibat ucapan dari Pak Munadji.

Aku memang berbeda dengan yang lain. Rista, Andis, dan Santi boleh saja meremehkanku dan melanjutkan sekolah di Malang tapi aku tak bisa karena keadaanku. Maka dari itu, benar aku tidak dapat bersekolah di Malang bahkan di Kepanjen pun tak bisa, tapi bila aku berhasil masuk ke kelas Akselerasi ini, hatiku pasti akan terobati. Batinku.

*************
Selama beberapa hari aku mempersiapkan syarat – syarat yang diperlukan agar bisa mengikuti test masuk program akselerasi. Lalu 2 hari sebelum test tulis diadakan, ku serahkan segala persyaratannya pada pihak sekolah dan mendapatkan nomor 058.

Semoga ini nomor keberuntunganku, ucapku dalam hati.

Saat ku pulang ku teringat April, dia juga ingin masuk ke program yang sam denganku tapi ia pernah bersikukuh denganku bahwa pendaftarannya akan dibuka bulan Maret padahal sudah sangat jelas bahwa akhir bulan Februari adalah hari terakhir penyerahan formulir dan ia sampai saat ini tidak tahu. Tinggal 2 hari sebelum test tulis dimulai. T`pi aku bingunng untuk memberi tahunya atau tidak.
Sampai tengah malam, ku bingung dan tidak bisa tidur. Hatiku serasa terbagi 2, di satu sisi aku tak mau memberi tahu April karena kelakuannya yang selalu menjelek – jelekkan aku tapi di sisi lain ku harus bisa mema’afkan dia dan yakin suatu saat April akan berubah. Hatiku benar – benar kacau.
Akhirnya, ku memutuskan untuk memberi tahu April melalui SMS,

Q tw ne dah mlm tp q ingn bri tw km bhwa bsok hri trkhr pndftaran program aksel. Ma’v Q bru bri tw skrg krn Q khbsan pulsa. Km hrs bw fc raport sampai smstr 5, lalu bwa uang 100 rb untuk biaya pendftaran

Kirim                                                                                        Kembali

Semoga ini keputusan yang baik.

*******
Setelah test tulis dan IQ ku jalani, sekarang hanya tinggal menunggu waktu kapan hasil program itu diumumkan. Aku hanya bisa berdo’a di setiap sholatku semoga aku dapat masuk program tersebut. Demi ayah dan ibuku, ku lakukan apapun untuk mereka.
Akhirnya hari pengumuman itu pun tiba, tapi kami harus menunggu begitu lama dikarenakan pihak sekolah harus mendapat persetujuan dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Malang terlambat.
Sudah 1 jam aku bersama teman – teman menunggu tapi pegawai yang membawa hasil tersebut tak kunjung datang, akhirnya di sekolah yang luas tersebut kami melakukan berbagai hal untuk menunggu, salah satunya  menonton drama Korea, “PASTA” melalui HP karena saat itu drama itu yang paling menarik.
Setelah hampir 3 jam, petugas yang membawa pengumuman itu datang. Pak Munadji menyuruh para murid untuk berkumpul di aula dan menjelaskan prosedur- prosedur yang harus dilakukan bila telah diterima menjadi salah satu murid akselerasi SMAN 1 Turen.
Lalu peserta disuruh melihat  pengumuman,

“ Alhamdulillah aku nomor 7.” Kataku.
“ Aku nomor 2.” Kata Ajeng.
“ Aku nomor 13.” Kata April.

Aku segera berlari ke tempat parker ke tempat ibuku yang setia menungguku,

“ Alhamdulillah,bu. Aku diterima, aku peringkat 7. Aku senang sekali.”
“Ibu juga senang, bila kamu diterima. Selamat ya nak. Tidak apa – apa kamu tidak mendapatkan peringkat di Ujian Nasional ini. Kamu diterima di sini juga membuatku bangga pada dirimu, nak”

Aku langsung memeluk ibuku dan hampir menangis.

Berhasil, Ya Allah hanya pada-Mu aku mengucap puji syukur. Senang rasanya melihat ibu tersenyum bangga padaku. Aku berjanji padamu ibu, ayah, aku akan melakukan yang terbaik untuk mereka dan takkan pernah mengecewakan mereka. Aku janji pada-Mu Ya Allah, ridlo’i-lah do’aku ini.

*********
Akhirnya aku menjadi salah satu murid di SMAN 1 Turen dan berada di kelas unggulan. Aku berjanji akan lakukan sekuat tenaga untuk membahagiakan kedua orang tuaku walau nanti akan banyak rintangan yang menghadang.
Ada May dan pelajaran yang belum ku kenal sama sekali takkan pernah membuatku goyah. Itulah tekad bulatku yakni lulus sebagai siswa yang berhasil di perguruan tinggi yang aku harapkan dan menjadi Dosen Muda Fisika.
**********
Hari ini aku telah memasuki semester 2, tahun 2013 mendatang ku harus siap menghadapi Ujian Nasional. Tapi ku percayaa pada para guru yang mengajar di kelas akselerasi karena mereka adalah guru super canggih menurutku. Segala peralatan di kelas pun telah diperlengkap lagi seperti AC dan komputer dalam kelas.
Tapi ku takkan lupa aku sangat mengucapkan puji syukur pada Allah SWT karena telah memberiku kesempatan untuk menduduki peringkat pertama di kelas akselerasi untuk semester 1 ini dan aku pikir itu bukan segalanya. Menurutku itu adalah kesenangan yang semu. Aku masih terus berjuang menghadapi segalanya, walau teman yang ku tolong dulu masih tetap tidak berubah terhadapku.

Bersambung….



0 komentar:

Posting Komentar